Sejarah hari valentine dan 6 alasan umat islam haram ikut merayakan nya ? inilah sebabnya
Saturday, February 13, 2016
Add Comment
Sejarah hari valentine dan 6 alasan umat islam haram ikut merayakan nya ? inilah sebabnya -
Seperti yang kita ketahui di kalangan anak remaja sangat banyak wanita / gadis yang meminta sesuatu kepada sang pacar untuk memberikan tanda kasih saya pada hari valentine tersebut, ataupun tanpa di minta oleh sang pacar sang pria pasti memberikan sesuatu kepada sang pacarnya,
mungkin mereka belum mengetahui arti sebenarnya dari hari valentine tersebut ayo kita bersama-sama menyimak dan membaca sejarah dari hari valentine tersebut, agar bagi kaum muslimin tidak melakukan hal yang sama seperti orang barat yang melakukan dan merayakan hari valentine tersebut.
Di hari-hari mendekati valentine days, coba anda pergi ke mall atau supermarket besar yang ada di kota Anda. Lihatlah interior mall atau supermarket tersebut. Anda pasti menjumpai interiornya dipenuhi pernak-pernik—apakah itu berbentuk pita, bantal berbentuk hati, boneka beruang, atau rangkaian bunga—yang didominasi dua warna: pink dan biru muda.
Seperti yang kita ketahui di kalangan anak remaja sangat banyak wanita / gadis yang meminta sesuatu kepada sang pacar untuk memberikan tanda kasih saya pada hari valentine tersebut, ataupun tanpa di minta oleh sang pacar sang pria pasti memberikan sesuatu kepada sang pacarnya,
mungkin mereka belum mengetahui arti sebenarnya dari hari valentine tersebut ayo kita bersama-sama menyimak dan membaca sejarah dari hari valentine tersebut, agar bagi kaum muslimin tidak melakukan hal yang sama seperti orang barat yang melakukan dan merayakan hari valentine tersebut.
Di hari-hari mendekati valentine days, coba anda pergi ke mall atau supermarket besar yang ada di kota Anda. Lihatlah interior mall atau supermarket tersebut. Anda pasti menjumpai interiornya dipenuhi pernak-pernik—apakah itu berbentuk pita, bantal berbentuk hati, boneka beruang, atau rangkaian bunga—yang didominasi dua warna: pink dan biru muda.
Dan Anda pasti sudah paham bukan, sebentar
lagi banyak anak-anak muda yang bertempat di seluruh dunia akan merayakan Hari Kasih Sayang
atau yang lebih tenar disebut dengan Valentine Day.
Momentum ini sangat disukai
anak-anak remaja, terutama remaja perkotaan. Karena di hari itu, 14 Februari,
mereka terbiasa merayakannya bersama orang-orang yang dicintai atau
disayanginya, terutama kekasih. Valentine Day memang berasal dari tradisi
Kristen Barat, namun sekarang momentum ini dirayakan di hampir semua negara,
tak terkecuali negeri-negeri Islam besar seperti Indonesia.
Sayangnya, tidak semua
anak-anak remaja memahami dengan baik esensi dari Valentine Day. Mereka
menganggap perayaan ini sama saja dengan perayaan-perayaan lain seperti Hari
Ibu, Hari Pahlawan, dan sebagainya. Padahal kenyataannya sama sekali
berbeda.
Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan
semacamnya sedikit pun tidak mengandung muatan religius. Sedangkan Valentine
Day sarat dengan muatan religius, bahkan bagi orang Islam yang ikut-ikutan
merayakannya, hukumnya bisa musyrik, karena merayakan Valentine Day tidak bisa
tidak berarti juga ikut mengakui Yesus sebagai Tuhan. Naudzubilahi min Dzalik.
Mengapa demikian?
SEJARAH VALENTINE DAY
Sesungguhnya, belum ada
kesepakatan final di antara para sejarawan tentang apa yang sebenarnya terjadi
yang kemudian diperingati sebagai hari Valentine. Dalam buku ‘Valentine Day,
Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen: So What?” (Rizki Ridyasmara, Pusaka
Alkautsar, 2005), sejarah Valentine Day dikupas secara detil. Inilah
salinannya:
Ada banyak versi tentang asal
dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling populer memang kisah dari Santo
Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian
menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi.
Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau kita menelusuri
lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno, sesuatu
yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala.
Menurut pandangan tradisi Roma
Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan
kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan
Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang
dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma kuno, 15 Februari
dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu dewa
bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki
yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.
Di zaman Roma Kuno, para
pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melakukan ritual penyembahan kepada Dewa
Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang dewa.
Setelah itu mereka minum anggur
dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa
potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para
perempuan muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing itu karena mereka percaya
bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan bagi
mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di Roma kala itu.
Perayaan Lupercalia adalah
rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung antara tanggal
13-18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari
pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feverish
Love) bernama Juno Februata.
Pada hari ini, para pemuda
berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap
pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke luar
harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan
menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya.
Keesokan harinya, 15 Februari, mereka
ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala.
Selama upacara ini, para lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang.
Para perempuann itu berebutan untuk bisa mendapat lecutan karena menganggap
bahwa kian banyak mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan
subur.
Ketika agama Kristen Katolik
masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme (berhala) ini dan mewarnainya
dengan nuansa Kristiani. Antara lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan
nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine
dan Paus Gregory I.
Agar lebih mendekatkan lagi
pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno
ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk
menghormati Santo Valentine yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.
Tentang siapa sesungguhnya
Santo Valentinus sendiri, seperti telah disinggung di muka, para sejarawan
masih berbeda pendapat. Saat ini sekurangnya ada tiga nama Valentine yang
meninggal pada 14 Februari. Seorang di antaranya dilukiskan sebagai orang yang
mati pada masa Romawi. Namun ini pun tidak pernah ada penjelasan yang detil
siapa sesungguhnya “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah
diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang
berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar
Claudius II yang memerintahkan Kerajaan Roma berang dan memerintahkan agar
menangkap dan memenjarakan Santo Valentine karena ia dengan berani menyatakan
tuhannya adalah Isa Al-Masih, sembari menolak menyembah tuhan-tuhannya orang
Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine lalu menulis surat dan
menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan,
Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat di
dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Sebab itu kaisar lalu
melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan kaisar ini
diam-diam mendapat tentangan dari Santo Valentine dan ia secara diam-diam pula
menikahkan banyak pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap. Kaisar Cladius
memutuskan hukuman gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi dilakukan pada
tanggal 14 Februari 269 M.
TRADISI KIRIM KARTU
Selain itu, tradisi mengirim
kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan Santo Valentine.
Pada tahun 1415 M, ketika Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada
perayaan hari gereja mengenang St. Valentine tanggal 14 Februari, ia mengirim
puisi kepada isterinya di Perancis.
Oleh Geoffrey Chaucer, penyair
Inggris, peristiwa itu dikaitkannya dengan musim kawin burung-burung dalam
puisinya.
Lantas, bagaimana dengan ucapan
“Be My Valentine?” yang sampai sekarang masih saja terdapat di banyak kartu
ucapan atau dinyatakan langsung oleh pasangannya masing-masing? Ken Sweiger
mengatakan kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang mempunyai persamaan
dengan arti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini
sebenarnya pada zaman Romawi Kuno ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan
orang Romawi.
Disadari atau tidak,
demikian Sweiger, jika seseorang meminta orang lain atau pasangannya menjadi
“To be my Valentine?”, maka dengan hal itu sesungguhnya kita telah
terang-terangan melakukan suatu perbuatan yang dimurkai Tuhan, istilah Sweiger,
karena meminta seseorang menjadi “Sang Maha Kuasa” dan hal itu sama saja dengan
upaya menghidupkan kembali budaya pemujaan kepada berhala.
Adapun Cupid (berarti: the
desire), si bayi atau lelaki rupawan setengah telanjang yang bersayap dengan
panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta,
karena ia begitu rupawan sehingga diburu banyak perempuan bahkan dikisahkan
bahwa ibu kandungnya sendiri pun tertarik sehingga melakukan incest dengan anak
kandungnya itu!
Silang sengketa siapa sesungguhnya
Santo Valentine sendiri juga terjadi di dalam Gereja Katolik sendiri. Menurut
gereja Katolik seperti yang ditulis dalam The Catholic Encyclopedia (1908),
nama Santo Valentinus paling tidak merujuk pada tiga martir atau santo (orang
suci) yang berbeda, yakni: seorang pastur di Roma, seorang uskup Interamna
(modern Terni), dan seorang martir di provinsi Romawi Afrika. Koneksi antara
ketiga martir ini dengan Hari Valentine juga tidak jelas.
Bahkan Paus Gelasius II, pada
tahun 496 menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui secara pasti
mengenai martir-martir ini, walau demikian Gelasius II tetap menyatakan tanggal
14 Februari tiap tahun sebagai hari raya peringatan Santo Valentinus.
Ada yang mengatakan, Paus
Gelasius II sengaja menetapkan hal ini untuk menandingi hari raya Lupercalia
yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali
dari makam Santo Hyppolytus di Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan
sebagai jenazah St. Valentinus. Jenazah itu kemudian ditaruh dalam sebuah peti
emas dan dikirim ke Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin,
Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI
pada 1836.
Banyak wisatawan sekarang yang
berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak dalam
sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi di dalam gereja. Pada
hari itu, sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi
dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta. Hari raya ini dihapus dari
kalender gerejawi pada tahun 1969 dengan alasan sebagai bagian dari sebuah
usaha gereja yang lebih luas untuk menghapus santo dan santa yang
asal-muasalnya tidak bisa dipertanggungjawabkan karena hanya berdasarkan mitos
atau legenda. Namun walau demikian, misa ini sampai sekarang masih dirayakan
oleh kelompok-kelompok gereja tertentu.
Jelas sudah, Hari Valentine
sesungguhnya berasal dari mitos dan legenda zaman Romawi Kuno di mana masih
berlaku kepercayaan paganisme (penyembahan berhala). Gereja Katolik sendiri
tidak bisa menyepakati siapa sesungguhnya Santo Valentine yang dianggap menjadi
martir pada tanggal 14 Februari. Walau demikian, perayaan ini pernah
diperingati secara resmi Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin,
Irlandia dan dilarang secara resmi pada tahun 1969. Beberapa kelompok gereja
Katolik masih menyelenggarakan peringatan ini tiap tahunnya.
KEPENTINGAN BISNIS
Kalau pun Hari Valentine masih
dihidup-hidupkan hingga sekarang, bahkan ada kesan kian meriah, itu tidak lain
dari upaya para pengusaha yang bergerak di bidang pencetakan kartu ucapan,
pengusaha hotel, pengusaha bunga, pengusaha penyelenggara acara, dan sejumlah
pengusaha lain yang telah meraup keuntungan sangat besar dari event itu.
Mereka sengaja, lewat kekuatan
promosi dan marketingnya, meniup-niupkan Hari Valentine Day sebagai hari khusus
yang sangat spesial bagi orang yang dikasihi, agar dagangan mereka laku dan
mereka mendapat laba yang amat sangat besar. Inilah apa yang sering disebut
oleh para sosiolog sebagai industrialisasi agama, di mana perayaan agama oleh
kapitalis dibelokkan menjadi perayaan bisnis.
PESTA KEMAKSIATAN
Christendom adalah sebutan lain
untuk tanah-tanah atau negeri-negeri Kristen di Barat. Awalnya hanya merujuk
pada daratan Kristen Eropa seperti Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, dan
sebagainya, namun dewasa ini juga merambah ke daratan Amerika.
Orang biasanya mengira perayaan
Hari Valentine berasal dari Amerika. Namun sejarah menyatakan bahwa perayaan
Hari Valentine sesungguhnya berasal dari Inggris. Di abad ke-19, Kerajaan
Inggris masih menjajah wilayah Amerika Utara. Kebudayaan Kerajaan inggris ini
kemudian diimpor oleh daerah koloninya di Amerika Utara.
Di Amerika, kartu Valentine
pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A.
Howland (1828 – 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah
toko buku dan toko peralatan kantor yang besar. Mr. Howland mendapat ilham
untuk memproduksi kartu di Amerika dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia
terima. Upayanya ini kemudian diikuti oleh pengusaha-pengusaha lainnya hingga
kini.
Sejak tahun 2001, The Greeting
Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) tiap tahun mengeluarkan penghargaan
"Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary" kepada
perusahaan pencetak kartu terbaik.
Sejak Howland memproduksi kartu
ucapan Happy Valentine di Amerika, produksi kartu dibuat secara massal di
selutuh dunia. The Greeting Card Association memperkirakan bahwa di seluruh
dunia, sekitar satu milyar kartu Valentine dikirimkan per tahun. Ini adalah
hari raya terbesar kedua setelah Natal dan Tahun Baru (Merry Christmast and The
Happy New Year), di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama juga
memperkirakan bahwa para perempuanlah yang membeli kurang lebih 85% dari semua
kartu valentine.
Mulai pada paruh kedua abad
ke-20, tradisi bertukaran kartu di Amerika mengalami diversifikasi. Kartu
ucapan yang tadinya memegang titik sentral, sekarang hanya sebagai pengiring
dari hadiah yang lebih besar. Hal ini sering dilakukan pria kepada perempuan.
Hadiah-hadiahnya bisa berupa bunga mawar dan coklat. Mulai tahun 1980-an,
industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan
untuk memberikan perhiasan kepada perempuan pilihan.
Di Amerika Serikat dan beberapa
negara Barat, sebuah kencan pada hari Valentine sering ditafsirkan sebagai
permulaan dari suatu hubungan yang serius. Ini membuat perayaan Valentine di
sana lebih bersifat ‘dating’ yang sering di akhiri dengan tidur bareng
(perzinaan) ketimbang pengungkapan rasa kasih sayang dari anak ke orangtua, ke
guru, dan sebagainya yang tulus dan tidak disertai kontak fisik. Inilah
sesungguhnya esensi dari Valentine Day.
Perayaan Valentine Day di
negara-negara Barat umumnya dipersepsikan sebagai hari di mana
pasangan-pasangan kencan boleh melakukan apa saja, sesuatu yang lumrah di
negara-negara Barat, sepanjang malam itu. Malah di berbagai hotel
diselenggarakan aneka lomba dan acara yang berakhir di masing-masing kamar yang
diisi sepasang manusia berlainan jenis. Ini yang dianggap wajar, belum lagi
party-party yang lebih bersifat tertutup dan menjijikan.
IKUT MENGAKUI YESUS SEBAGAI TUHAN
Tiap tahun menjelang bulan
Februari, banyak remaja Indonesia yang notabene mengaku beragama Islam
ikut-ikutan sibuk mempersiapkan perayaan Valentine. Walau sudah banyak di
antaranya yang mendengar bahwa Valentine Day adalah salah satu hari raya umat
Kristiani yang mengandung nilai-nilai akidah Kristen, namun hal ini tidak
terlalu dipusingkan mereka. “Ah, aku kan ngerayaain Valentine buat fun-fun
aja…, ” demikian banyak remaja Islam bersikap. Bisakah dibenarkan sikap dan
pandangan seperti itu?
Perayaan Hari Valentine memuat
sejumlah pengakuan atas klaim dogma dan ideologi Kristiani seperti mengakui
“Yesus sebagai Anak Tuhan” dan lain sebagainya. Merayakan Valentine Day berarti
pula secara langsung atau tidak, ikut mengakui kebenaran atas dogma dan
ideologi Kristiani tersebut, apa pun alasanya.
Nah, jika ada seorang Muslim
yang ikut-ikutan merayakan Hari Valentine, maka diakuinya atau tidak, ia juga
ikut-ikutan menerima pandangan yang mengatakan bahwa “Yesus sebagai Anak Tuhan”
dan sebagainya yang di dalam Islam sesungguhnya sudah termasuk dalam perbuatan
musyrik, menyekutukan Allah SWT, suatu perbuatan yang tidak akan mendapat
ampunan dari Allah SWT. Naudzubillahi min dzalik!
“Barang siapa meniru suatu
kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut, ” Demikian bunyi hadits Rasulullah
SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
rahimahullah juga berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang
khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal
memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat
hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai
pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah
memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan
tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi
selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang
mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya
perbuatan tersebut. Ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan
kemurkaan Allah. ”
Allah SWT sendiri di dalam
Qur’an surat Al-Maidah ayat 51 melarang umat Islam untuk meniru-niru atau
meneladani kaum Yahudi dan Nasrani, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu);
sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di
antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu
termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim." Wallahu'alam bishawab.(Rz)
Hari
Valentine atau Valentine’s Day dirayakan setiap tanggal 14 Februari. Sejumlah
orang memaknainya sebagai perayaan kasih sayang, lainnya menuding sebagai
'peringatan yang sengaja diadakan' untuk mendongkrak penjualan kartu, cokelat,
bunga, dan barang-barang lain yang dianggap mewakili ungkapan cinta.
6
Alasan Mengapa HARAM Hukumnya Ikut Merayakan Hari Valentine.
6
Alasan Mengapa HARAM Hukumnya Ikut Merayakan Hari Valentine.
Alasan
Pertama: Merayakan Valentine Berarti Meniru-niru Orang Kafir
Agama Islam telah
melarang kita meniru-niru orang kafir (baca: tasyabbuh). Larangan ini terdapat
dalam berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hal ini juga merupakan kesepakatan para ulama
(baca: ijma’). Inilah yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam
kitab beliau Iqtidho’ Ash Shiroth Al Mustaqim (Ta’liq: Dr. Nashir bin ‘Abdil
Karim Al ‘Aql, terbitan Wizarotusy Syu’un Al Islamiyah).
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita menyelisihi orang Yahudi dan
Nashrani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْيَهُودَ
وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ
“Sesungguhnya
orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR.
Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103) Hadits ini menunjukkan kepada kita agar
menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum dan di antara bentuk
menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’, 1/185)
Dalam hadits lain,
Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru orang kafir.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ
بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad
dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [hal. 1/269] mengatakan bahwa
sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shohih sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil no. 1269). Telah jelas di muka bahwa
hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi ritual agama
Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.
Alasan
Kedua: Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri Orang Beriman
Allah Ta’ala sendiri
telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang
tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak
boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat
berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua.
Allah Ta’ala
berfirman,
وَالَّذِينَ لَا
يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Dan
orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu
dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah,
mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]:
72)
Ibnul Jauziy dalam
Zaadul Masir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan
perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena
pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Di
antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur”
adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar
Robi’ bin Anas.
Jadi, ayat di atas
adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Jika
tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini
berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan
termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’, 1/483). Jadi, merayakan Valentine’s Day bukanlah
ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat
Islam.
Alasan
Ketiga: Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari
Kiamat Nanti
Jika orang mencintai
Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini.
Dari Anas bin Malik,
beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
مَتَّى السَّاعَةُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ
“Kapan
terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”
Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata,
مَا أَعْدَدْتَ لَهَا
“Apa
yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”
Orang tersebut
menjawab,
مَا أَعْدَدْتُ لَهَا
مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ ، وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ
“Aku
tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat,
banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah
dan Rasul-Nya.”
Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata,
أَنْتَ مَعَ مَنْ
أَحْبَبْتَ
“(Kalau
begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dalam riwayat lain di
Shohih Bukhari, Anas mengatakan,
فَمَا فَرِحْنَا
بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « أَنْتَ مَعَ
مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه
وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى
إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kami
tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan
bersama dengan orang yang engkau cintai).”
Anas pun mengatakan,
فَأَنَا أُحِبُّ
النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ
أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ
أَعْمَالِهِمْ
“Kalau
begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar.
Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka,
walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”
Bandingkan, bagaimana
jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang tokoh Nashrani yang dianggap
sebagai pembela dan pejuang cinta di saat raja melarang menikahkan para pemuda.
Valentine-lah sebagai pahlawan dan pejuang ketika itu. Lihatlah sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas: “Kalau begitu engkau bersama dengan
orang yang engkau cintai”. Jika Anda seorang muslim, manakah yang Anda pilih,
dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah bersama tokoh Nashrani yang
jelas-jelas kafir?
Siapa yang mau
dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang kafir[?] Semoga menjadi
bahan renungan bagi Anda, wahai para pengagum Valentine!
Alasam
Keempat: Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat
“Valentine” sebenarnya
berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan
Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang
Romawi. (Dari berbagai sumber)
Oleh karena itu
disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my valentine
(Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang
Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan
makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
Kami pun telah
kemukakan di awal bahwa hari valentine jelas-jelas adalah perayaan nashrani,
bahkan semula adalah ritual paganisme. Oleh karena itu, mengucapkan selamat
hari kasih sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang kafir lainnya
adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma’
kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah
dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah (1/441, Asy Syamilah). Beliau rahimahullah
mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang
khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal atau selamat
hari valentine, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’
(kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari
raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang
berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan
semacamnya. Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari
kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan
selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan
selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini
lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci
oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum
minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat
lainnya.”
Alasan
Kelima: Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina
Perayaan Valentine’s
Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di masa Romawi, sangat
terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa
Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang
ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana
seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara
legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari
Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan
larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan,
berciuman, bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu
menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Na’udzu
billah min dzalik.
Padahal mendekati zina
saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا
الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan
janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)
Dalam Tafsir Jalalain
dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan
‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak
boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.
Kerusakan
Keenam: Meniru Perbuatan Setan
Menjelang hari
Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku
keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal
sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang
lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar
berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih
senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan
ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh
seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah mereka
memperhatikan firman Allah,
وَلا تُبَذِّرْ
تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]:
26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu Mas’ud dan
Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada
jalan yang keliru.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim)
Penutup
Itulah sebagian
kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari paganisme, kesyirikan, ritual
Nashrani, perzinaan dan pemborosan. Sebenarnya, cinta dan kasih sayang yang
diagung-agungkan di hari tersebut adalah sesuatu yang semu yang akan merusak
akhlak dan norma-norma agama. Perlu diketahui pula bahwa Valentine’s Day bukan
hanya diingkari oleh pemuka Islam melainkan juga oleh agama lainnya.
Sebagaimana berita yang kami peroleh dari internet bahwa hari Valentine juga
diingkari di India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. Alasannya, karena
hari valentine dapat merusak tatanan nilai dan norma kehidupan bermasyarakat.
Kami katakan: “Hanya orang yang tertutup hatinya dan mempertuhankan hawa nafsu
saja yang enggan menerima kebenaran.”
Oleh karena itu, kami
ingatkan agar kaum muslimin tidak ikut-ikutan merayakan hari Valentine, tidak
boleh mengucapkan selamat hari Valentine, juga tidak boleh membantu
menyemarakkan acara ini dengan jual beli, mengirim kartu, mencetak, dan
mensponsori acara tersebut karena ini termasuk tolong menolong dalam dosa dan
kemaksiatan. Ingatlah, Setiap orang haruslah takut pada kemurkaan Allah Ta’ala.
Semoga tulisan ini dapat tersebar pada kaum muslimin yang lainnya yang belum
mengetahui. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita semua.
Kesimpulan :
- Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
- Upacara Romawi Kuno di atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I. Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine.
- Hari valentine juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta.
- Pada perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih sayang”.
- Sungguh ironis memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah mengetahui kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka menutup mata dan menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal bakal sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir, tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual paganisme.
0 Response to "Sejarah hari valentine dan 6 alasan umat islam haram ikut merayakan nya ? inilah sebabnya"
Post a Comment